Diberdayakan oleh Blogger.
RSS


Lugu-lugunya masa SMA JASTOVER

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Uang dengan uang kita makan,minum
Uang dengan uang kita membeli
Uang dengan uang kita bertujuan
Uang oh Uang tapi UANG bukan segala-galanya
Uang hanya alat tukar

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

KALIMAT MAJEMUK

              Kalimat adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Protozoa


Filum Protozoa atau Filum protozoa yang bersel tunggal hewan yang menerima ditinggalkan salah satu alias ditinggalkan sel darah bersel admeasurement kecil bisa ditinggalkan menjadi jelas dengan mikroskop. Protozoa hidup dapat di membaptis atau anatomi aktif atau menambahkan basil sebagai parasit. Kegiatannya dapat ditinggalkan atau menyendiri atau kumpulan atau koloni. Contoh: amuba / amoeba. Alokasi adalah analisis jenis makhluk yang aktif ke dalam kelompok cukup dan bayi dalam order.Taxonomy tegas adalah hukum atau pepatah yang membagi kelompok berbagai macam makhluk yang aktif di dasar criteria.Nomenclature asertif adalah prosedur penjatahan pada berkembang biak aktif / kelompok yang aktif hal-hal yang diatur dalam total classification.In, ada bulu kerajaan hal aktif di dunia, yaitu: a. Kerajaan Monera, yang uniseluler / kolonial dan prokaryotic.b. Kerajaan Protista, yang uniseluler / kolonial dan eukaryotic.c. Kerajaan Plantae, adalah multiseluler, eukariotik, menerima sel darah walls.d. Jamur Kerajaan, yang eukariotik dan tidak ada penghalang di tengah cells.e. Kerajaan Animalia, yang multiseluler dan eukaryotic.Kingdom Animalia terputus lagi menjadi tiga cabang (branch), yang merupakan Parazoa, Mesozoa dan Eumetazoa. Eumetazoa lampiran terdiri dari analisis dan analisis Bilateria radiata berdasarkan penampilan anatomi organisme prokariotik •>. Tidak menerima inti sel darah. • eukariotik> menerima nucleus.Phylum sel darah ProtozoaProtozoa adalah basil bahwa sekitar renik bersel tunggal, menerima formulir berlabuh , namun berkembang biak beberapa menerima perubahan anatomi penampilan sesuai dengan usia atau environment.Tues protozoa anatomi yang ditutupi oleh membran sel darah. Anatomi itu sendiri terdiri dari dasar (inti sel) dan sitoplasma (cairan sel). Sitoplasma terputus menjadi kain dan ektoplasma. Kain tentang menambahkan blush on kabur karena mengandung organel sel darah, sedangkan ektoplasma adalah kata belakang untuk film dan sel darah ditambahkan clear.Protozoa tidak menerima organ mutlak dan bergerak dengan alat gerak flagel (bulu cambuk), silia (rambut getar), pseudopodia ( kaki palsu), atau dengan sel-sel tubuh sendiri. Alat gerak identifikasi dasar Filum Protozoa.Based pada perangkat gerak, subphylum Protozoa terputus menjadi tiga, yaitu Sarcomastigophora, Sporozoa dan protoplasma Ciliophora.Based, pseudopodia mematuhi dari empat jenis, yaitu Lobopodia, filopodia, retikulopodia, dan aksopodia. Berdasarkan wilayah dan struktur, silia terputus menjadi tiga macam, yaitu membran memantul, membranella dan cirrus.Protozoan gas respirasi tindakan sirkulasi tengah sel darah dan lingkungannya. Beberapa berkembang biak menerima shell, analitis atau spora yang berfungsi sebagai tubuh ketinggian ekologi berdampingan naungan berada di bawah kondusif. Aegis aksesoris adalah tentang menambahkan endemik oleh protozoa air tawar dibandingkan protozoa water.Mechanism laut perut protozoa tidak rumit. Pertama, Aliment pergi melalui cytostome (aperture yang berfungsi sebagai mulut). Kemudian dibawa ke cytopharink. Selanjutnya dicerna Aliment dalam vakuola Aliment. Pencernaan setelah-efek yang muncul dari daging sapi melalui cytopyge (cytoproct) (lubang akting / taat yang berfungsi sebagai anus) Berdasarkan cara makan dan jenis makanan, protozoa terputus ke bulu jenis, yaitu holozoik (heterotrof), holofilik. (autotrof), saprozoik (zat cair mengkonsumsi), saprofitik (makan zat padat depan pucat dengan air dari sel protozoa), dan mixotrofik (tipe paduan) Protozoa reproduksi. dengan cara aseksual dan hewan. Protozoa dapat aseksual karbon oleh fisi menjadi dua individu (pembelahan biner), menyenangkan menjadi individu berlimpah (fisi multiple) dan pertunasan (budding) asing dan internal. Seksual berkembang biak protozoa dengan abutment dua gami dan aliansi (untuk Ciliata) ekologis, protozoa dapat hidup dgn dipertimbangkan di alam, aktivitas komensal, mutualistik kehidupan, sebagai predator udara, dan sessile (menetap).. Selain itu, berlimpah hina protozoa, baik tanaman, hewan dan manusia.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

morfologi laba-laba

Morfologi


Anatomi laba-laba:
(1) empat pasang kaki
(2) cephalothorax
(3) opisthosoma
Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh, laba-laba hanya memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma, yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atauopisthosoma. Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis yang dinamai pedicle atau pedicellus.
Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebutchelicera), terdapat pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan jantan dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan.
Laba-laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk mengunyah. Sebagai gantinya, mulut laba-laba berupa alat pengisap untuk menyedot cairan tubuh mangsanya.
Indera
Mata pada laba-laba umumnya merupakan mata tunggal (mata berlensa tunggal), dan bukan mata majemuk seperti pada serangga. Kebanyakan laba-laba memiliki penglihatan yang tidak begitu baik, tidak dapat membedakan warna, atau hanya sensitif pada gelap dan terang. Laba-laba penghuni gua bahkan ada yang buta. Perkecualiannya terdapat pada beberapa jenis laba-laba pemburu yang mempunyai penglihatan tajam dan bagus, termasuk dalam mengenali warna.
Untuk menandai kehadiran mangsanya pada umumnya laba-laba mengandalkan getaran, baik pada jaring-jaring suteranya maupun pada tanah, air, atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula laba-laba yang mampu merasai perbedaan tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada rambut-rambut di kakinya.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pengawetan kering


TEKNIK LABORATORIUM
PENGAWETAN SERANGGA CAPUNG DAN KECOAK







Disusun oleh :
Titis Wulandari
Jurusan Biologi



UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA


PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Pengawetan untuk serangga yang memiliki abdomen besar, misalnya kupu-kupu. Mengawetkan abdomennya dapat dilakukan dengan cara disuntik formalin. Untuk kumbang bertubuh besar, terlebih dahulu dicelupkan ke dalam cairan. Pengawetan ini dilakukan pada hewan yang memiliki kerangka luar keras dan tidak mudah rusak akibat proses pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven atau dijemur di bawah terik matahari hingga kadar airnya sangat rendah. Sebelum dikeringkan hewan dimatikan dengan larutan pembunuh, kemudian hewan diatur posisinya. Hewan yang sudah kering kemudian dimasukkan dalam kotak yang diberi kapur barus dan silika gel dan Lain sebagainya. Tiap hewan yang diawetkan sebaiknya diberi label yang berisi nama, lokasi penangkapan, tanggal penangkapan dan kolektornya.
Hewan atau disebut juga dengan binatang adalah kelompok organisme yang diklasifikasikan dalam kerajaan Animalia atau metazoa, adalah salah satu dari berbagai makhluk hidup di bumi. Sebutan lainnya adalah fauna dan margasatwa (atau satwa saja).
Hewan dalam pengertian sistematika modern mencakup hanya kelompok bersel banyak (multiselular) dan terorganisasi dalam fungsi-fungsi yang berbeda (jaringan), sehingga kelompok ini disebut juga histozoa. Semua binatang heterotrof, artinya tidak membuat energi sendiri, tetapi harus mengambil dari lingkungan sekitarnya.



1.2 Tujuan
  1. Untuk mengetahui cara mengawetkan spesies hewan dengan cara mengeringkan.
  2. Praktikum ini bertujuan untuk mengumpulkan tanaman kering untuk kepentingan pembelajaran
  3. Belajar mengetahui tentang cara-cara mengawetkan serangga
  4. Pengawetan serangga pada kecoa dan capung.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Awetan kering tumbuhan di sebut herbarium, sedangkan awetan kering serangga (Insecta ) disebut insektarium. Hewan vertabrata dapat di awetkan dengan membuang otot dagingnya sehingga tinggal kulit dan rangkanya. selanjutnnya hewan diisi dengan kapas atau kapuk dan di bentuk sesuai aslinya. Awetan demikian disebuk taksidermi. Dalam uraian berikut ini, kalian dapat mempelajari cara mengawetkan tumbuhan dan unsecta ,
Pengawetan hewan kering dengan cara /istilah taksidermi merupakan proses pengawetan dengan cara mengelurkan organ dalam dari hewan tersebut dan yang dibentuk adalah kulit dari hewan itu sendiri.
                 Pengawetan Hewan Vertebrata
  1. Penangkapan/penentuan jenis hewan yang akan diawetkan. Tahapan ini terserah kepada kita, apa dan tujuan kita dengan pengawetan hewan. ini Tentunya bukan untuk eksploitasi atau tujuan yang tidak baik, kita harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip/kelestarian alam/lingkungan.
  1. Pematian Hewan. Teknik pematian hewan ini berbeda tergantung jenis hewan apa yang akan kita matikan. Dalam proses pematian ini prinsipnya darah tidak keluar dari organ tubuh, dan dipastikan benar bahwa hewan tersebut benar-benar mati. Karena jangan sampai ketikan proses pengulitan berlangsung, hewan tersebut secara fisiologis belum mati. Istilah saya untuk kejadian tersebut adalah "menjolimi".
  1. Pengulitan (Skining). Tahapan ini adalah bagaimana caranya kita melepaskan kulit yang melekat pada otot/menempel pada daging hewan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya kita harus dilengkapi dengan seperangkat alat bedah yang lengkap dan tajam sehingga proses pengulitan berjalan dengan baik (kilit terkuliti, tidak ada otot/daging yang menempel pada kulit).
  1. Pengawetan Kulit (Preserving). Pengawetan kulit ini penting dilakukan karena bisa menyebabkan bau busuk bila kita tidak benar-benar memahami tahapan ini. Setelah selesai pengulitan, kita lanjutkan dengan pengawetan kulit dengan cara memberi pengawet kulit (boric acid) yang ditaburkan ke seluruh kulit yang dikuliti (bagian dalam). Setelah itu untuk beberapa hari dikeringkan. Lama pengeringan tergantung jenis hewannya.
Pengawetan hewan avertebrata bertujuan untuk mempermudah pemahaman morfologi, anatomi, anatomi dan sistematika hewan avertebrata dengan membuat media pendidikan sendiri.
Tahap-tahap pengawetan hewan avertebrata, yaitu :

1. kegiatan mematikan hewan
Yaitu dengan cara memasukkan hewan avertebrata ke dalam larutan pembunuh seperti alkohol pekat atau larutan formalin 3%. Pada hewan yang melakukan gerakan-gerakan yang kuat sebaiknya tidak langsung dimatikan tapi dilakukan anastesi dahulu. Untuk melakukan anastesi dapat dilakukan dengan menggunakan zat-zat sebagai berikut :
a.       menthol, dengan cara menaburkan kristal-kristal menthol pada permukaan air tempat hewan tersebut mengembang.
b.      Magnesium sulfat, kristal magnesium langsung ditaburkan pada permukaan hewan yang masih basah.
c.       magnesium chlorida, larutan chlorida 7,5% (dilarutkan air yang telah mendidih) kemudian hewan seperti plankton dimasukkan ke dalam larutan tersebut selama 30 detik.
d.      chloral hydrate, digunakan untuk melakukan anastesi hewan air tawar
e.       propylene phenoxetol, dengan cara merendam hewan-hewan yang mau dianastesi lalu ditetesi larutan propylene phenoxetol yang kadarnya tidak melebihi 1%.
f.       ethyl alcohol, untuk anastesi hewan air tawar dengan kadar 10%.
2.      fiksasi
Fiksasi adalah suatu proses yang menstabilkan protein penyusun jaringan, sehingga setelah hewan mati jaringan masih tetap seperti kondisi hewan masih hidup. Zat kimia yang umum digunakan untuk fiksasi adalah formaldehyde, ethanol, asam asetat.
3.      Pengawetan.
Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan mengalami pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri dan jamur.
Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit di temukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan basah atau kering. untuk awetan kering, tanaman diawetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ dalamnya.
b)  Pengawetan Bioplastik merupakan pengawetan spesimen hewan atau tumbuhan dalam blok resin untuk digunakan sebagai media/alat, baik itu untuk kepentingan pendidikan atau komersial tertentu ataupun tujuan tertentu

Teknik pengawetan hewan/tumbuhan dengan Bioplastik ini memiliki beberapa keunggulan antara lain : Kuat dan tahan lama, murah, menarik dan praktis dalam penyimpanan. Tapi teknik ini juga memiliki kelemahan yaitu objek asli tidak bisa disentuh/diraba (karena observasi hanya mengandalkan penglihatan saja).

Pengawetan dengan menggunakan poliester resin ini dapat dilakukan pada bahan segar, awetan kering, dan atau awetan basah. Pengawetan ini bisa untuk mengamati aspek morfologi, anatomi, jaringan, perbandingan, atau siklus hidupnya.


BAB III
METEDOLOGI
             A.    Alat dan Bahan:
-          Jarum pentul
-          Jaring serangga
-          Keliling bottle atau botol pembunuh
-          Kertas Hvs
-          Papan (triplek)
-          Gunting
-          Karton
-          Lem
-          Serbuk gergaji
-          Black
-          Kapur barus
-          Sterofon
-          Amplop serangga

          B.     Prosuder Kerja
1.      Untuk  mematikan jenis-jenis serangga yang berkulit lunak seperti kupu-kupu, lebah, capung KCN. Sebaiknya tidak langsung dimasukkan dalam botol lain yang lebih ditaruh dalam botol lain yang lebih kecil misalnya tabung bekas rol film. Botol film kita isi 1 n sendok makan kristal KCN, disumbat dengan kapas dan dipasang dengan cara membenamkan pada penutup dengan mulut yang menghadap ke dalam botol pembunuh.
2.      Cara membunuhnya dengan jalan menekan atau memijat kedua sisi dada dengan mempergunakan ibu jari dan telunjuk. Memijatnya harus hati-hati benar, sebab jika terlalu kuat dapat merusak badan serangga tersebut. Akan tetapi, kalau memijatnya terlalu lemah, kupu-kupu itu mungkin hanya pingsan, kemudian setelah beberapa saat kembali lagi.
3.      Serangga yang telah dimatikan kemudian kita simpan di dalam amplop serangga yang bisa disebut dengan nama kertas papilot. Sampul ini kita buat dari kertas yang tembus cahaya, yaitu kertas sampul atau kertas samak, kertas kaca, dan kalau terpaksa kita bisa menggunakan kertas stensil/HVS.
4.      Membuat etiket bagi serangga yang telah kita tangkap/matikan. Buatlah etiket dari kertas padalarng ataupun apa pokoknya yang kuat dan berwrna putih dengan ukuran 7 x 18 mm. dengan etiket ini catat antara lain :

Nama tempat didapatkannya,
Tinggi tempat,
Tanggal koleksi,
Kolektor ( yang mengoleksi ).
  1. Serangga yang telah kita tangkap, kita tusuk dengan jarum serangga ( biasanya berukuran 0-7 ). Jarum yang kita pakai harus sesuaikan dengan besra kecilnya serangga yang kita tangkap dengan jarum yang tahan karat. Jarum kita tusukkan pada pungung serangga sebelah belakang pasangan kaki yang kedua atau kaki tengah.jarum persis di tengah-tengah badan serangga dapat mengenai dan merusak pangkal kaki, sehingga apabila serangga kita keringkan akan berakibat terlepasnya anggota badan tersebut.
  1. Cara menusuk harus hati-hati dan harus tegak lurus badan serangga.untuk jenis-jenis serangga bersayap lurus sepeti belalang, menusuknya pada bagian belakang kepala, sedang pada sayap perisai seperti kumbang, menusuknya dari dekat pangkal sayap.
  2. Setelah serangga kita tusuk, maka serangga tersebut kita tancapkan pada spanblok ( papan perentang / pentangan ). Tetapi ingat, dalam menancapkan harus kita atur posisi sebaik mungkin.
  3. Tindihlah sayap-sayap serangga tersebut dengan kertas tipis / kertas tik dan kertas dan kertas tersebut kita tusuk dengan jarum, sehingga sayap serangga ditahan pada posisi yang kita kehendaki.
  4. Kemudian aturlah antena atau sungut seperti keadaan hidup, yaitu mengarah kedepan; sedang pasangan kaki kita arahkan ke belakang untuk kaki tengah dan belakang. Posisi kaki agar tetap stabi kita tahan dengan jarum. Tancapkan sekeliling kaki tersebut, lalu keringkan.
  5. Untuk cara pengeringan, jangan langsung dikeringkan lewat sinar matahari, tetapi masukkan kedalam blek, yang kemudian blek ini kita jemur di bawah terik sinar matahari. Kita juga bisa mengeringkannya di dalam oven dengan mengatur suhu oven dengan suhu tertentu. Kita juga bisa menggunakan lampu listrik untuk mengeringkan materi tersebut.
  6. Setelah serangga dikeringkan, letakkan ke dalam pigura.

BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
Dari hasil Praktek dengan menggunakan serangga yaitu capung dan dan kecoa.
Hewan akan mati karena menghirup klorofom. Hewan yang telah mati diambil dan ditancapkan di suatu papan dengan jarum
Sayapnya direntangkan dan diselotip. Serangga juga dapat diawetkan di dalam larutan alkohol.
Sayap capung yang di awetkan menjadi keras dan tidak mudah hancur. Begitu juga dengan kecoa. Berbeda dengan sebelum diawetkan menggunakan formalin.

Kesimpulan

Dari hasil Praktek dengan menggunakan serangga yaitu capung dan dan kecoa. Di dapatkan hasil yang berbeda dari kecoa dan capung. Walapun sama spesiesnya tetapi berbeda hasil maupun proses pengawetannya.

DAFTAR PUSTAKA
Kurniasih, Surti. 2008. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan. Bogor : Prodi Biologi FKIP Universitas Pakuan Bogor.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS


TEKNIK LABORATORIUM
PENGAWETAN SERANGGA CAPUNG DAN KECOAK







Disusun oleh :
Titis Wulandari
Jurusan Biologi




UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
TAHUN 2012/2013


PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Pengawetan untuk serangga yang memiliki abdomen besar, misalnya kupu-kupu. Mengawetkan abdomennya dapat dilakukan dengan cara disuntik formalin. Untuk kumbang bertubuh besar, terlebih dahulu dicelupkan ke dalam cairan. Pengawetan ini dilakukan pada hewan yang memiliki kerangka luar keras dan tidak mudah rusak akibat proses pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan oven atau dijemur di bawah terik matahari hingga kadar airnya sangat rendah. Sebelum dikeringkan hewan dimatikan dengan larutan pembunuh, kemudian hewan diatur posisinya. Hewan yang sudah kering kemudian dimasukkan dalam kotak yang diberi kapur barus dan silika gel dan Lain sebagainya. Tiap hewan yang diawetkan sebaiknya diberi label yang berisi nama, lokasi penangkapan, tanggal penangkapan dan kolektornya.
Hewan atau disebut juga dengan binatang adalah kelompok organisme yang diklasifikasikan dalam kerajaan Animalia atau metazoa, adalah salah satu dari berbagai makhluk hidup di bumi. Sebutan lainnya adalah fauna dan margasatwa (atau satwa saja).
Hewan dalam pengertian sistematika modern mencakup hanya kelompok bersel banyak (multiselular) dan terorganisasi dalam fungsi-fungsi yang berbeda (jaringan), sehingga kelompok ini disebut juga histozoa. Semua binatang heterotrof, artinya tidak membuat energi sendiri, tetapi harus mengambil dari lingkungan sekitarnya.



1.2 Tujuan
  1. Untuk mengetahui cara mengawetkan spesies hewan dengan cara mengeringkan.
  2. Praktikum ini bertujuan untuk mengumpulkan tanaman kering untuk kepentingan pembelajaran
  3. Belajar mengetahui tentang cara-cara mengawetkan serangga
  4. Pengawetan serangga pada kecoa dan capung.












BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Awetan kering tumbuhan di sebut herbarium, sedangkan awetan kering serangga (Insecta ) disebut insektarium. Hewan vertabrata dapat di awetkan dengan membuang otot dagingnya sehingga tinggal kulit dan rangkanya. selanjutnnya hewan diisi dengan kapas atau kapuk dan di bentuk sesuai aslinya. Awetan demikian disebuk taksidermi. Dalam uraian berikut ini, kalian dapat mempelajari cara mengawetkan tumbuhan dan unsecta ,
Pengawetan hewan kering dengan cara /istilah taksidermi merupakan proses pengawetan dengan cara mengelurkan organ dalam dari hewan tersebut dan yang dibentuk adalah kulit dari hewan itu sendiri.
a)      Pengawetan Hewan Vertebrata
  1. Penangkapan/penentuan jenis hewan yang akan diawetkan. Tahapan ini terserah kepada kita, apa dan tujuan kita dengan pengawetan hewan. ini Tentunya bukan untuk eksploitasi atau tujuan yang tidak baik, kita harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip/kelestarian alam/lingkungan.
  1. Pematian Hewan. Teknik pematian hewan ini berbeda tergantung jenis hewan apa yang akan kita matikan. Dalam proses pematian ini prinsipnya darah tidak keluar dari organ tubuh, dan dipastikan benar bahwa hewan tersebut benar-benar mati. Karena jangan sampai ketikan proses pengulitan berlangsung, hewan tersebut secara fisiologis belum mati. Istilah saya untuk kejadian tersebut adalah "menjolimi".
  1. Pengulitan (Skining). Tahapan ini adalah bagaimana caranya kita melepaskan kulit yang melekat pada otot/menempel pada daging hewan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut tentunya kita harus dilengkapi dengan seperangkat alat bedah yang lengkap dan tajam sehingga proses pengulitan berjalan dengan baik (kilit terkuliti, tidak ada otot/daging yang menempel pada kulit).
  1. Pengawetan Kulit (Preserving). Pengawetan kulit ini penting dilakukan karena bisa menyebabkan bau busuk bila kita tidak benar-benar memahami tahapan ini. Setelah selesai pengulitan, kita lanjutkan dengan pengawetan kulit dengan cara memberi pengawet kulit (boric acid) yang ditaburkan ke seluruh kulit yang dikuliti (bagian dalam). Setelah itu untuk beberapa hari dikeringkan. Lama pengeringan tergantung jenis hewannya.
Pengawetan hewan avertebrata bertujuan untuk mempermudah pemahaman morfologi, anatomi, anatomi dan sistematika hewan avertebrata dengan membuat media pendidikan sendiri.
Tahap-tahap pengawetan hewan avertebrata, yaitu :

1. kegiatan mematikan hewan
Yaitu dengan cara memasukkan hewan avertebrata ke dalam larutan pembunuh seperti alkohol pekat atau larutan formalin 3%. Pada hewan yang melakukan gerakan-gerakan yang kuat sebaiknya tidak langsung dimatikan tapi dilakukan anastesi dahulu. Untuk melakukan anastesi dapat dilakukan dengan menggunakan zat-zat sebagai berikut :
a.       menthol, dengan cara menaburkan kristal-kristal menthol pada permukaan air tempat hewan tersebut mengembang.
b.      Magnesium sulfat, kristal magnesium langsung ditaburkan pada permukaan hewan yang masih basah.
c.       magnesium chlorida, larutan chlorida 7,5% (dilarutkan air yang telah mendidih) kemudian hewan seperti plankton dimasukkan ke dalam larutan tersebut selama 30 detik.
d.      chloral hydrate, digunakan untuk melakukan anastesi hewan air tawar
e.       propylene phenoxetol, dengan cara merendam hewan-hewan yang mau dianastesi lalu ditetesi larutan propylene phenoxetol yang kadarnya tidak melebihi 1%.
f.       ethyl alcohol, untuk anastesi hewan air tawar dengan kadar 10%.
2.      fiksasi
Fiksasi adalah suatu proses yang menstabilkan protein penyusun jaringan, sehingga setelah hewan mati jaringan masih tetap seperti kondisi hewan masih hidup. Zat kimia yang umum digunakan untuk fiksasi adalah formaldehyde, ethanol, asam asetat.
3.      Pengawetan.
Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan mengalami pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri dan jamur.
Pembuatan awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-spesimen yang sulit di temukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan basah atau kering. untuk awetan kering, tanaman diawetkan dalam bentuk herbarium, sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ dalamnya.
b)  Pengawetan Bioplastik merupakan pengawetan spesimen hewan atau tumbuhan dalam blok resin untuk digunakan sebagai media/alat, baik itu untuk kepentingan pendidikan atau komersial tertentu ataupun tujuan tertentu

Teknik pengawetan hewan/tumbuhan dengan Bioplastik ini memiliki beberapa keunggulan antara lain : Kuat dan tahan lama, murah, menarik dan praktis dalam penyimpanan. Tapi teknik ini juga memiliki kelemahan yaitu objek asli tidak bisa disentuh/diraba (karena observasi hanya mengandalkan penglihatan saja).

Pengawetan dengan menggunakan poliester resin ini dapat dilakukan pada bahan segar, awetan kering, dan atau awetan basah. Pengawetan ini bisa untuk mengamati aspek morfologi, anatomi, jaringan, perbandingan, atau siklus hidupnya.























BAB III
METEDOLOGI
A.    Alat dan Bahan:
-          Jarum pentul
-          Jaring serangga
-          Keliling bottle atau botol pembunuh
-          Kertas Hvs
-          Papan (triplek)
-          Gunting
-          Karton
-          Lem
-          Serbuk gergaji
-          Black
-          Kapur barus
-          Sterofon
-          Amplop serangga

B.     Prosuder Kerja
1.      Untuk  mematikan jenis-jenis serangga yang berkulit lunak seperti kupu-kupu, lebah, capung KCN. Sebaiknya tidak langsung dimasukkan dalam botol lain yang lebih ditaruh dalam botol lain yang lebih kecil misalnya tabung bekas rol film. Botol film kita isi 1 n sendok makan kristal KCN, disumbat dengan kapas dan dipasang dengan cara membenamkan pada penutup dengan mulut yang menghadap ke dalam botol pembunuh.
2.      Cara membunuhnya dengan jalan menekan atau memijat kedua sisi dada dengan mempergunakan ibu jari dan telunjuk. Memijatnya harus hati-hati benar, sebab jika terlalu kuat dapat merusak badan serangga tersebut. Akan tetapi, kalau memijatnya terlalu lemah, kupu-kupu itu mungkin hanya pingsan, kemudian setelah beberapa saat kembali lagi.
3.      Serangga yang telah dimatikan kemudian kita simpan di dalam amplop serangga yang bisa disebut dengan nama kertas papilot. Sampul ini kita buat dari kertas yang tembus cahaya, yaitu kertas sampul atau kertas samak, kertas kaca, dan kalau terpaksa kita bisa menggunakan kertas stensil/HVS.
4.      Membuat etiket bagi serangga yang telah kita tangkap/matikan. Buatlah etiket dari kertas padalarng ataupun apa pokoknya yang kuat dan berwrna putih dengan ukuran 7 x 18 mm. dengan etiket ini catat antara lain :

Nama tempat didapatkannya,
Tinggi tempat,
Tanggal koleksi,
Kolektor ( yang mengoleksi ).
  1. Serangga yang telah kita tangkap, kita tusuk dengan jarum serangga ( biasanya berukuran 0-7 ). Jarum yang kita pakai harus sesuaikan dengan besra kecilnya serangga yang kita tangkap dengan jarum yang tahan karat. Jarum kita tusukkan pada pungung serangga sebelah belakang pasangan kaki yang kedua atau kaki tengah.jarum persis di tengah-tengah badan serangga dapat mengenai dan merusak pangkal kaki, sehingga apabila serangga kita keringkan akan berakibat terlepasnya anggota badan tersebut.
  1. Cara menusuk harus hati-hati dan harus tegak lurus badan serangga.untuk jenis-jenis serangga bersayap lurus sepeti belalang, menusuknya pada bagian belakang kepala, sedang pada sayap perisai seperti kumbang, menusuknya dari dekat pangkal sayap.
  2. Setelah serangga kita tusuk, maka serangga tersebut kita tancapkan pada spanblok ( papan perentang / pentangan ). Tetapi ingat, dalam menancapkan harus kita atur posisi sebaik mungkin.
  3. Tindihlah sayap-sayap serangga tersebut dengan kertas tipis / kertas tik dan kertas dan kertas tersebut kita tusuk dengan jarum, sehingga sayap serangga ditahan pada posisi yang kita kehendaki.
  4. Kemudian aturlah antena atau sungut seperti keadaan hidup, yaitu mengarah kedepan; sedang pasangan kaki kita arahkan ke belakang untuk kaki tengah dan belakang. Posisi kaki agar tetap stabi kita tahan dengan jarum. Tancapkan sekeliling kaki tersebut, lalu keringkan.
  5. Untuk cara pengeringan, jangan langsung dikeringkan lewat sinar matahari, tetapi masukkan kedalam blek, yang kemudian blek ini kita jemur di bawah terik sinar matahari. Kita juga bisa mengeringkannya di dalam oven dengan mengatur suhu oven dengan suhu tertentu. Kita juga bisa menggunakan lampu listrik untuk mengeringkan materi tersebut.
  6. Setelah serangga dikeringkan, letakkan ke dalam pigura.










BAB IV
HASIL PEMBAHASAN
Dari hasil Praktek dengan menggunakan serangga yaitu capung dan dan kecoa.
Hewan akan mati karena menghirup klorofom. Hewan yang telah mati diambil dan ditancapkan di suatu papan dengan jarum
Sayapnya direntangkan dan diselotip. Serangga juga dapat diawetkan di dalam larutan alkohol.
Sayap capung yang di awetkan menjadi keras dan tidak mudah hancur. Begitu juga dengan kecoa. Berbeda dengan sebelum diawetkan menggunakan formalin.







Kesimpulan

Dari hasil Praktek dengan menggunakan serangga yaitu capung dan dan kecoa. Di dapatkan hasil yang berbeda dari kecoa dan capung. Walapun sama spesiesnya tetapi berbeda hasil maupun proses pengawetannya.





DAFTAR PUSTAKA
Kurniasih, Surti. 2008. Penuntun Praktikum Morfologi Tumbuhan. Bogor : Prodi Biologi FKIP Universitas Pakuan Bogor.


  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS