KALIMAT MAJEMUK
09.00 |
Kalimat
adalah satuan bahasa terkecil, dalam wujud lisan maupun tulisan yang
mengungkapkan pikiran secara utuh. Dalam wujud lisan kalimat diungkapkan
Protozoa
08.53 |
Filum Protozoa atau
Filum protozoa yang bersel tunggal hewan yang menerima ditinggalkan salah satu
alias ditinggalkan sel darah bersel admeasurement kecil bisa ditinggalkan
menjadi jelas dengan mikroskop. Protozoa hidup dapat di membaptis atau anatomi aktif
atau menambahkan basil sebagai parasit. Kegiatannya dapat ditinggalkan atau
menyendiri atau kumpulan atau koloni. Contoh: amuba / amoeba. Alokasi adalah
analisis jenis makhluk yang aktif ke dalam kelompok cukup dan bayi dalam
order.Taxonomy tegas adalah hukum atau pepatah yang membagi kelompok berbagai
macam makhluk yang aktif di dasar criteria.Nomenclature asertif adalah prosedur
penjatahan pada berkembang biak aktif / kelompok yang aktif hal-hal yang diatur
dalam total classification.In, ada bulu kerajaan hal aktif di dunia, yaitu: a.
Kerajaan Monera, yang uniseluler / kolonial dan prokaryotic.b. Kerajaan
Protista, yang uniseluler / kolonial dan eukaryotic.c. Kerajaan Plantae, adalah
multiseluler, eukariotik, menerima sel darah walls.d. Jamur Kerajaan, yang
eukariotik dan tidak ada penghalang di tengah cells.e. Kerajaan Animalia, yang
multiseluler dan eukaryotic.Kingdom Animalia terputus lagi menjadi tiga cabang
(branch), yang merupakan Parazoa, Mesozoa dan Eumetazoa. Eumetazoa lampiran
terdiri dari analisis dan analisis Bilateria radiata berdasarkan penampilan
anatomi organisme prokariotik •>. Tidak menerima inti sel darah. •
eukariotik> menerima nucleus.Phylum sel darah ProtozoaProtozoa adalah basil
bahwa sekitar renik bersel tunggal, menerima formulir berlabuh , namun
berkembang biak beberapa menerima perubahan anatomi penampilan sesuai dengan
usia atau environment.Tues protozoa anatomi yang ditutupi oleh membran sel
darah. Anatomi itu sendiri terdiri dari dasar (inti sel) dan sitoplasma (cairan
sel). Sitoplasma terputus menjadi kain dan ektoplasma. Kain tentang menambahkan
blush on kabur karena mengandung organel sel darah, sedangkan ektoplasma adalah
kata belakang untuk film dan sel darah ditambahkan clear.Protozoa tidak
menerima organ mutlak dan bergerak dengan alat gerak flagel (bulu cambuk),
silia (rambut getar), pseudopodia ( kaki palsu), atau dengan sel-sel tubuh
sendiri. Alat gerak identifikasi dasar Filum Protozoa.Based pada perangkat
gerak, subphylum Protozoa terputus menjadi tiga, yaitu Sarcomastigophora,
Sporozoa dan protoplasma Ciliophora.Based, pseudopodia mematuhi dari empat
jenis, yaitu Lobopodia, filopodia, retikulopodia, dan aksopodia. Berdasarkan
wilayah dan struktur, silia terputus menjadi tiga macam, yaitu membran
memantul, membranella dan cirrus.Protozoan gas respirasi tindakan sirkulasi
tengah sel darah dan lingkungannya. Beberapa berkembang biak menerima shell,
analitis atau spora yang berfungsi sebagai tubuh ketinggian ekologi
berdampingan naungan berada di bawah kondusif. Aegis aksesoris adalah tentang
menambahkan endemik oleh protozoa air tawar dibandingkan protozoa
water.Mechanism laut perut protozoa tidak rumit. Pertama, Aliment pergi melalui
cytostome (aperture yang berfungsi sebagai mulut). Kemudian dibawa ke
cytopharink. Selanjutnya dicerna Aliment dalam vakuola Aliment. Pencernaan
setelah-efek yang muncul dari daging sapi melalui cytopyge (cytoproct) (lubang
akting / taat yang berfungsi sebagai anus) Berdasarkan cara makan dan jenis
makanan, protozoa terputus ke bulu jenis, yaitu holozoik (heterotrof),
holofilik. (autotrof), saprozoik (zat cair mengkonsumsi), saprofitik (makan zat
padat depan pucat dengan air dari sel protozoa), dan mixotrofik (tipe paduan)
Protozoa reproduksi. dengan cara aseksual dan hewan. Protozoa dapat aseksual
karbon oleh fisi menjadi dua individu (pembelahan biner), menyenangkan menjadi
individu berlimpah (fisi multiple) dan pertunasan (budding) asing dan internal.
Seksual berkembang biak protozoa dengan abutment dua gami dan aliansi (untuk
Ciliata) ekologis, protozoa dapat hidup dgn dipertimbangkan di alam, aktivitas
komensal, mutualistik kehidupan, sebagai predator udara, dan sessile
(menetap).. Selain itu, berlimpah hina protozoa, baik tanaman, hewan dan
manusia.
morfologi laba-laba
05.25 |
Morfologi
Anatomi laba-laba:
(1) empat pasang kaki
(2) cephalothorax
(3) opisthosoma
(1) empat pasang kaki
(2) cephalothorax
(3) opisthosoma
Tak seperti serangga yang memiliki tiga bagian tubuh,
laba-laba hanya memiliki dua. Segmen bagian depan disebut cephalothorax atau prosoma,
yang sebetulnya merupakan gabungan dari kepala dan dada (thorax). Sedangkan
segmen bagian belakang disebut abdomen (perut) atauopisthosoma.
Antara cephalothorax dan abdomen terdapat penghubung tipis
yang dinamai pedicle atau pedicellus.
Pada cephalothorax melekat empat pasang kaki, dan
satu sampai empat pasang mata. Selain sepasang rahang bertaring besar (disebutchelicera),
terdapat pula sepasang atau beberapa alat bantu mulut serupa tangan yang
disebut pedipalpus. Pada beberapa jenis laba-laba, pedipalpus pada hewan
jantan dewasa membesar dan berubah fungsi sebagai alat bantu dalam perkawinan.
Laba-laba tidak memiliki mulut atau gigi untuk
mengunyah. Sebagai gantinya, mulut laba-laba berupa alat pengisap untuk
menyedot cairan tubuh mangsanya.
Indera
Mata pada laba-laba umumnya merupakan
mata tunggal (mata berlensa tunggal), dan bukan mata majemuk seperti pada
serangga. Kebanyakan laba-laba memiliki penglihatan yang tidak begitu baik,
tidak dapat membedakan warna, atau hanya sensitif pada gelap dan terang. Laba-laba
penghuni gua bahkan ada yang buta. Perkecualiannya terdapat pada beberapa jenis
laba-laba pemburu yang mempunyai penglihatan tajam dan bagus, termasuk dalam
mengenali warna.
Untuk menandai kehadiran mangsanya pada umumnya laba-laba
mengandalkan getaran, baik pada jaring-jaring suteranya maupun pada tanah, air,
atau tempat yang dihinggapinya. Ada pula laba-laba yang mampu merasai perbedaan
tekanan udara. Indera peraba laba-laba terletak pada rambut-rambut di kakinya.
Pengawetan kering
21.32 |
TEKNIK
LABORATORIUM
PENGAWETAN
SERANGGA CAPUNG DAN KECOAK
Titis Wulandari
Jurusan Biologi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengawetan untuk serangga yang memiliki abdomen besar, misalnya kupu-kupu.
Mengawetkan abdomennya dapat dilakukan dengan cara disuntik formalin. Untuk
kumbang bertubuh besar, terlebih dahulu dicelupkan ke dalam cairan.
Pengawetan ini dilakukan pada hewan yang memiliki kerangka luar keras dan tidak
mudah rusak akibat proses pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan
oven atau dijemur di bawah terik matahari hingga kadar airnya sangat rendah.
Sebelum dikeringkan hewan dimatikan dengan larutan pembunuh, kemudian hewan
diatur posisinya. Hewan yang sudah kering kemudian dimasukkan dalam kotak yang
diberi kapur barus dan silika gel dan Lain sebagainya. Tiap hewan yang
diawetkan sebaiknya diberi label yang berisi nama, lokasi penangkapan, tanggal
penangkapan dan kolektornya.
Hewan atau disebut
juga dengan binatang adalah kelompok organisme yang diklasifikasikan dalam
kerajaan Animalia atau metazoa, adalah salah satu dari berbagai makhluk hidup
di bumi. Sebutan lainnya adalah fauna dan margasatwa (atau satwa saja).
Hewan dalam pengertian
sistematika modern mencakup hanya kelompok bersel banyak (multiselular) dan
terorganisasi dalam fungsi-fungsi yang berbeda (jaringan), sehingga kelompok
ini disebut juga histozoa. Semua binatang heterotrof, artinya tidak membuat
energi sendiri, tetapi harus mengambil dari lingkungan sekitarnya.
1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui cara
mengawetkan spesies hewan dengan cara mengeringkan.
- Praktikum ini bertujuan untuk
mengumpulkan tanaman kering untuk kepentingan pembelajaran
- Belajar
mengetahui tentang cara-cara mengawetkan serangga
- Pengawetan serangga pada kecoa dan capung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Awetan kering
tumbuhan di sebut herbarium, sedangkan awetan kering serangga (Insecta )
disebut insektarium. Hewan vertabrata dapat di awetkan dengan membuang otot
dagingnya sehingga tinggal kulit dan rangkanya. selanjutnnya hewan diisi dengan
kapas atau kapuk dan di bentuk sesuai aslinya. Awetan demikian disebuk
taksidermi. Dalam uraian berikut ini, kalian dapat mempelajari cara mengawetkan
tumbuhan dan unsecta ,
Pengawetan hewan kering dengan cara
/istilah taksidermi merupakan proses pengawetan dengan cara
mengelurkan organ dalam dari hewan tersebut dan yang dibentuk adalah kulit dari
hewan itu sendiri.
Pengawetan Hewan Vertebrata
- Penangkapan/penentuan jenis
hewan yang akan diawetkan. Tahapan ini terserah kepada kita, apa dan
tujuan kita dengan pengawetan hewan. ini Tentunya bukan untuk eksploitasi
atau tujuan yang tidak baik, kita harus tetap memperhatikan
prinsip-prinsip/kelestarian alam/lingkungan.
- Pematian Hewan. Teknik pematian
hewan ini berbeda tergantung jenis hewan apa yang akan kita matikan. Dalam
proses pematian ini prinsipnya darah tidak keluar dari organ tubuh, dan
dipastikan benar bahwa hewan tersebut benar-benar mati. Karena jangan
sampai ketikan proses pengulitan berlangsung, hewan tersebut secara
fisiologis belum mati. Istilah saya untuk kejadian tersebut adalah
"menjolimi".
- Pengulitan (Skining). Tahapan
ini adalah bagaimana caranya kita melepaskan kulit yang melekat pada
otot/menempel pada daging hewan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut
tentunya kita harus dilengkapi dengan seperangkat alat bedah yang lengkap
dan tajam sehingga proses pengulitan berjalan dengan baik (kilit
terkuliti, tidak ada otot/daging yang menempel pada kulit).
- Pengawetan Kulit (Preserving).
Pengawetan kulit ini penting dilakukan karena bisa menyebabkan bau busuk
bila kita tidak benar-benar memahami tahapan ini. Setelah selesai
pengulitan, kita lanjutkan dengan pengawetan kulit dengan cara memberi
pengawet kulit (boric acid) yang ditaburkan ke seluruh kulit yang dikuliti
(bagian dalam). Setelah itu untuk beberapa hari dikeringkan. Lama
pengeringan tergantung jenis hewannya.
Pengawetan hewan avertebrata bertujuan untuk mempermudah
pemahaman morfologi, anatomi, anatomi dan sistematika hewan avertebrata dengan
membuat media pendidikan sendiri.
Tahap-tahap pengawetan hewan avertebrata, yaitu :
1. kegiatan mematikan hewan
Yaitu dengan cara memasukkan hewan avertebrata ke dalam larutan pembunuh seperti alkohol pekat atau larutan formalin 3%. Pada hewan yang melakukan gerakan-gerakan yang kuat sebaiknya tidak langsung dimatikan tapi dilakukan anastesi dahulu. Untuk melakukan anastesi dapat dilakukan dengan menggunakan zat-zat sebagai berikut :
Tahap-tahap pengawetan hewan avertebrata, yaitu :
1. kegiatan mematikan hewan
Yaitu dengan cara memasukkan hewan avertebrata ke dalam larutan pembunuh seperti alkohol pekat atau larutan formalin 3%. Pada hewan yang melakukan gerakan-gerakan yang kuat sebaiknya tidak langsung dimatikan tapi dilakukan anastesi dahulu. Untuk melakukan anastesi dapat dilakukan dengan menggunakan zat-zat sebagai berikut :
a. menthol, dengan cara menaburkan
kristal-kristal menthol pada permukaan air tempat hewan tersebut
mengembang.
b. Magnesium sulfat, kristal magnesium
langsung ditaburkan pada permukaan hewan yang masih basah.
c. magnesium chlorida, larutan chlorida
7,5% (dilarutkan air yang telah mendidih) kemudian hewan seperti plankton
dimasukkan ke dalam larutan tersebut selama 30 detik.
d. chloral hydrate, digunakan untuk melakukan
anastesi hewan air tawar
e. propylene phenoxetol, dengan cara
merendam hewan-hewan yang mau dianastesi lalu ditetesi larutan propylene
phenoxetol yang kadarnya tidak melebihi 1%.
f. ethyl alcohol, untuk anastesi hewan air
tawar dengan kadar 10%.
2.
fiksasi
Fiksasi adalah suatu proses yang menstabilkan protein penyusun jaringan, sehingga setelah hewan mati jaringan masih tetap seperti kondisi hewan masih hidup. Zat kimia yang umum digunakan untuk fiksasi adalah formaldehyde, ethanol, asam asetat.
Fiksasi adalah suatu proses yang menstabilkan protein penyusun jaringan, sehingga setelah hewan mati jaringan masih tetap seperti kondisi hewan masih hidup. Zat kimia yang umum digunakan untuk fiksasi adalah formaldehyde, ethanol, asam asetat.
3.
Pengawetan.
Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan mengalami pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri dan jamur.
Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan mengalami pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri dan jamur.
Pembuatan
awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis
tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-spesimen
yang sulit di temukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan basah atau
kering. untuk awetan kering, tanaman diawetkan dalam bentuk herbarium,
sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ
dalamnya.
b)
Pengawetan Bioplastik merupakan pengawetan
spesimen hewan atau tumbuhan dalam blok resin untuk digunakan sebagai
media/alat, baik itu untuk kepentingan pendidikan atau komersial tertentu
ataupun tujuan tertentu
Teknik pengawetan hewan/tumbuhan dengan Bioplastik ini memiliki
beberapa keunggulan antara lain : Kuat dan tahan lama, murah, menarik dan
praktis dalam penyimpanan. Tapi teknik ini juga memiliki kelemahan yaitu objek
asli tidak bisa disentuh/diraba (karena observasi hanya mengandalkan
penglihatan saja).
Pengawetan dengan menggunakan poliester resin ini dapat
dilakukan pada bahan segar, awetan kering, dan atau awetan basah. Pengawetan
ini bisa untuk mengamati aspek morfologi, anatomi, jaringan, perbandingan, atau
siklus hidupnya.
BAB III
METEDOLOGI
A. Alat dan
Bahan:
-
Jarum pentul
-
Jaring serangga
-
Keliling bottle atau botol pembunuh
-
Kertas Hvs
-
Papan (triplek)
-
Gunting
-
Karton
-
Lem
-
Serbuk gergaji
-
Black
-
Kapur barus
-
Sterofon
-
Amplop serangga
B. Prosuder
Kerja
1.
Untuk mematikan jenis-jenis serangga yang berkulit lunak seperti kupu-kupu, lebah, capung KCN. Sebaiknya tidak langsung dimasukkan
dalam botol lain yang lebih ditaruh dalam botol lain yang lebih kecil misalnya
tabung bekas rol film. Botol film kita isi 1 n sendok makan kristal KCN,
disumbat dengan kapas dan dipasang dengan cara membenamkan pada penutup dengan
mulut yang menghadap ke dalam botol pembunuh.
2.
Cara
membunuhnya dengan jalan menekan atau
memijat kedua sisi dada dengan mempergunakan ibu jari dan telunjuk. Memijatnya
harus hati-hati benar, sebab jika terlalu kuat dapat merusak badan serangga
tersebut. Akan tetapi, kalau memijatnya terlalu lemah, kupu-kupu itu mungkin
hanya pingsan, kemudian setelah beberapa saat kembali lagi.
3.
Serangga yang telah dimatikan
kemudian kita simpan di dalam amplop serangga yang bisa disebut dengan nama
kertas papilot. Sampul ini kita buat dari kertas yang tembus cahaya, yaitu
kertas sampul atau kertas samak, kertas kaca, dan kalau terpaksa kita bisa
menggunakan kertas stensil/HVS.
4.
Membuat etiket bagi serangga
yang telah kita tangkap/matikan. Buatlah etiket dari kertas padalarng ataupun
apa pokoknya yang kuat dan berwrna putih dengan ukuran 7 x 18 mm. dengan etiket
ini catat antara lain :
Nama tempat didapatkannya,
Tinggi tempat,
Tanggal koleksi,
Kolektor ( yang mengoleksi ).
- Serangga yang telah kita
tangkap, kita tusuk dengan jarum serangga ( biasanya berukuran 0-7 ).
Jarum yang kita pakai harus sesuaikan dengan besra kecilnya serangga yang
kita tangkap dengan jarum yang tahan karat. Jarum kita tusukkan pada
pungung serangga sebelah belakang pasangan kaki yang kedua atau kaki
tengah.jarum persis di tengah-tengah badan serangga dapat mengenai dan
merusak pangkal kaki, sehingga apabila serangga kita keringkan akan
berakibat terlepasnya anggota badan tersebut.
- Cara menusuk harus hati-hati
dan harus tegak lurus badan serangga.untuk jenis-jenis serangga bersayap
lurus sepeti belalang, menusuknya pada bagian belakang kepala, sedang pada
sayap perisai seperti kumbang, menusuknya dari dekat pangkal sayap.
- Setelah serangga kita tusuk,
maka serangga tersebut kita tancapkan pada spanblok ( papan perentang /
pentangan ). Tetapi ingat, dalam menancapkan harus kita atur posisi sebaik
mungkin.
- Tindihlah sayap-sayap serangga
tersebut dengan kertas tipis / kertas tik dan kertas dan kertas tersebut
kita tusuk dengan jarum, sehingga sayap serangga ditahan pada posisi yang
kita kehendaki.
- Kemudian aturlah antena atau
sungut seperti keadaan hidup, yaitu mengarah kedepan; sedang pasangan kaki
kita arahkan ke belakang untuk kaki tengah dan belakang. Posisi kaki agar
tetap stabi kita tahan dengan jarum. Tancapkan sekeliling kaki tersebut,
lalu keringkan.
- Untuk cara pengeringan, jangan
langsung dikeringkan lewat sinar matahari, tetapi masukkan kedalam blek,
yang kemudian blek ini kita jemur di bawah terik sinar matahari. Kita juga
bisa mengeringkannya di dalam oven dengan mengatur suhu oven dengan suhu
tertentu. Kita juga bisa menggunakan lampu listrik untuk mengeringkan
materi tersebut.
- Setelah serangga dikeringkan, letakkan ke dalam pigura.
BAB
IV
HASIL
PEMBAHASAN
Dari hasil Praktek
dengan menggunakan serangga yaitu capung dan dan kecoa.
Hewan akan mati karena menghirup klorofom.
Hewan yang telah mati diambil dan ditancapkan di suatu papan dengan jarum
Sayapnya direntangkan dan diselotip. Serangga juga dapat diawetkan di dalam larutan alkohol. Sayap capung yang di awetkan menjadi keras dan tidak mudah hancur. Begitu juga dengan kecoa. Berbeda dengan sebelum diawetkan menggunakan formalin.
Sayapnya direntangkan dan diselotip. Serangga juga dapat diawetkan di dalam larutan alkohol. Sayap capung yang di awetkan menjadi keras dan tidak mudah hancur. Begitu juga dengan kecoa. Berbeda dengan sebelum diawetkan menggunakan formalin.
Kesimpulan
Dari hasil
Praktek dengan menggunakan serangga yaitu capung dan dan kecoa. Di dapatkan
hasil yang berbeda dari kecoa dan capung. Walapun sama spesiesnya tetapi
berbeda hasil maupun proses pengawetannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.2012.http://suhadinet.wordpress.com/2009/08/07/cara-membuat-taksidermi-awetan-kering-hewan/
[22-07-2012] 11.57
Anonimous.2012.http://mediapendidikanok.blogspot.com/2009/10/mengawetkan-hewan-dan-tumbuhan_27.html
[24-07-2012] 13.56
Anonimous.2012.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Pelatihan%20Media%20Bioplastik%20Untuk%20Guru.pdf
[24-07-2012] 11.56
Kurniasih, Surti. 2008. Penuntun Praktikum
Morfologi Tumbuhan. Bogor : Prodi Biologi FKIP Universitas Pakuan Bogor.
21.31 |
TEKNIK
LABORATORIUM
PENGAWETAN
SERANGGA CAPUNG DAN KECOAK
Titis Wulandari
Jurusan Biologi
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURABAYA
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN DAN KEGURUAN
TAHUN 2012/2013
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Pengawetan untuk serangga yang memiliki abdomen besar, misalnya kupu-kupu.
Mengawetkan abdomennya dapat dilakukan dengan cara disuntik formalin. Untuk
kumbang bertubuh besar, terlebih dahulu dicelupkan ke dalam cairan.
Pengawetan ini dilakukan pada hewan yang memiliki kerangka luar keras dan tidak
mudah rusak akibat proses pengeringan. Pengeringan dilakukan dengan menggunakan
oven atau dijemur di bawah terik matahari hingga kadar airnya sangat rendah.
Sebelum dikeringkan hewan dimatikan dengan larutan pembunuh, kemudian hewan
diatur posisinya. Hewan yang sudah kering kemudian dimasukkan dalam kotak yang
diberi kapur barus dan silika gel dan Lain sebagainya. Tiap hewan yang
diawetkan sebaiknya diberi label yang berisi nama, lokasi penangkapan, tanggal
penangkapan dan kolektornya.
Hewan atau disebut
juga dengan binatang adalah kelompok organisme yang diklasifikasikan dalam
kerajaan Animalia atau metazoa, adalah salah satu dari berbagai makhluk hidup
di bumi. Sebutan lainnya adalah fauna dan margasatwa (atau satwa saja).
Hewan dalam pengertian
sistematika modern mencakup hanya kelompok bersel banyak (multiselular) dan
terorganisasi dalam fungsi-fungsi yang berbeda (jaringan), sehingga kelompok
ini disebut juga histozoa. Semua binatang heterotrof, artinya tidak membuat
energi sendiri, tetapi harus mengambil dari lingkungan sekitarnya.
1.2 Tujuan
- Untuk mengetahui cara
mengawetkan spesies hewan dengan cara mengeringkan.
- Praktikum ini bertujuan untuk
mengumpulkan tanaman kering untuk kepentingan pembelajaran
- Belajar
mengetahui tentang cara-cara mengawetkan serangga
- Pengawetan
serangga pada kecoa dan capung.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Awetan kering
tumbuhan di sebut herbarium, sedangkan awetan kering serangga (Insecta )
disebut insektarium. Hewan vertabrata dapat di awetkan dengan membuang otot
dagingnya sehingga tinggal kulit dan rangkanya. selanjutnnya hewan diisi dengan
kapas atau kapuk dan di bentuk sesuai aslinya. Awetan demikian disebuk
taksidermi. Dalam uraian berikut ini, kalian dapat mempelajari cara mengawetkan
tumbuhan dan unsecta ,
Pengawetan hewan kering dengan cara
/istilah taksidermi merupakan proses pengawetan dengan cara
mengelurkan organ dalam dari hewan tersebut dan yang dibentuk adalah kulit dari
hewan itu sendiri.
a)
Pengawetan Hewan Vertebrata
- Penangkapan/penentuan jenis
hewan yang akan diawetkan. Tahapan ini terserah kepada kita, apa dan
tujuan kita dengan pengawetan hewan. ini Tentunya bukan untuk eksploitasi
atau tujuan yang tidak baik, kita harus tetap memperhatikan
prinsip-prinsip/kelestarian alam/lingkungan.
- Pematian Hewan. Teknik pematian
hewan ini berbeda tergantung jenis hewan apa yang akan kita matikan. Dalam
proses pematian ini prinsipnya darah tidak keluar dari organ tubuh, dan
dipastikan benar bahwa hewan tersebut benar-benar mati. Karena jangan
sampai ketikan proses pengulitan berlangsung, hewan tersebut secara
fisiologis belum mati. Istilah saya untuk kejadian tersebut adalah
"menjolimi".
- Pengulitan (Skining). Tahapan
ini adalah bagaimana caranya kita melepaskan kulit yang melekat pada
otot/menempel pada daging hewan tersebut. Untuk mencapai tujuan tersebut
tentunya kita harus dilengkapi dengan seperangkat alat bedah yang lengkap
dan tajam sehingga proses pengulitan berjalan dengan baik (kilit
terkuliti, tidak ada otot/daging yang menempel pada kulit).
- Pengawetan Kulit (Preserving).
Pengawetan kulit ini penting dilakukan karena bisa menyebabkan bau busuk
bila kita tidak benar-benar memahami tahapan ini. Setelah selesai
pengulitan, kita lanjutkan dengan pengawetan kulit dengan cara memberi
pengawet kulit (boric acid) yang ditaburkan ke seluruh kulit yang dikuliti
(bagian dalam). Setelah itu untuk beberapa hari dikeringkan. Lama
pengeringan tergantung jenis hewannya.
Pengawetan hewan avertebrata bertujuan untuk mempermudah
pemahaman morfologi, anatomi, anatomi dan sistematika hewan avertebrata dengan
membuat media pendidikan sendiri.
Tahap-tahap pengawetan hewan avertebrata, yaitu :
1. kegiatan mematikan hewan
Yaitu dengan cara memasukkan hewan avertebrata ke dalam larutan pembunuh seperti alkohol pekat atau larutan formalin 3%. Pada hewan yang melakukan gerakan-gerakan yang kuat sebaiknya tidak langsung dimatikan tapi dilakukan anastesi dahulu. Untuk melakukan anastesi dapat dilakukan dengan menggunakan zat-zat sebagai berikut :
Tahap-tahap pengawetan hewan avertebrata, yaitu :
1. kegiatan mematikan hewan
Yaitu dengan cara memasukkan hewan avertebrata ke dalam larutan pembunuh seperti alkohol pekat atau larutan formalin 3%. Pada hewan yang melakukan gerakan-gerakan yang kuat sebaiknya tidak langsung dimatikan tapi dilakukan anastesi dahulu. Untuk melakukan anastesi dapat dilakukan dengan menggunakan zat-zat sebagai berikut :
a. menthol, dengan cara menaburkan
kristal-kristal menthol pada permukaan air tempat hewan tersebut
mengembang.
b. Magnesium sulfat, kristal magnesium
langsung ditaburkan pada permukaan hewan yang masih basah.
c. magnesium chlorida, larutan chlorida
7,5% (dilarutkan air yang telah mendidih) kemudian hewan seperti plankton
dimasukkan ke dalam larutan tersebut selama 30 detik.
d. chloral hydrate, digunakan untuk melakukan
anastesi hewan air tawar
e. propylene phenoxetol, dengan cara
merendam hewan-hewan yang mau dianastesi lalu ditetesi larutan propylene
phenoxetol yang kadarnya tidak melebihi 1%.
f. ethyl alcohol, untuk anastesi hewan air
tawar dengan kadar 10%.
2.
fiksasi
Fiksasi adalah suatu proses yang menstabilkan protein penyusun jaringan, sehingga setelah hewan mati jaringan masih tetap seperti kondisi hewan masih hidup. Zat kimia yang umum digunakan untuk fiksasi adalah formaldehyde, ethanol, asam asetat.
Fiksasi adalah suatu proses yang menstabilkan protein penyusun jaringan, sehingga setelah hewan mati jaringan masih tetap seperti kondisi hewan masih hidup. Zat kimia yang umum digunakan untuk fiksasi adalah formaldehyde, ethanol, asam asetat.
3.
Pengawetan.
Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan mengalami pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri dan jamur.
Hewan yang telah diawetkan disebut spesimen tidak akan mengalami pengkerutan atau rusaknya penyusunnya karena terbebas dari bakteri dan jamur.
Pembuatan
awetan spesimen diperlukan untuk tujuan pengamatan spesimen secara praktis
tanpa harus mencari bahan segar yang baru. Terutama untuk spesimen-spesimen
yang sulit di temukan di alam. Awetan spesimen dapat berupa awetan basah atau
kering. untuk awetan kering, tanaman diawetkan dalam bentuk herbarium,
sedangkan untuk mengawetkan hewan dengan sebelumnya mengeluarkan organ-organ
dalamnya.
b)
Pengawetan Bioplastik merupakan pengawetan
spesimen hewan atau tumbuhan dalam blok resin untuk digunakan sebagai
media/alat, baik itu untuk kepentingan pendidikan atau komersial tertentu
ataupun tujuan tertentu
Teknik pengawetan hewan/tumbuhan dengan Bioplastik ini memiliki
beberapa keunggulan antara lain : Kuat dan tahan lama, murah, menarik dan
praktis dalam penyimpanan. Tapi teknik ini juga memiliki kelemahan yaitu objek
asli tidak bisa disentuh/diraba (karena observasi hanya mengandalkan
penglihatan saja).
Pengawetan dengan menggunakan poliester resin ini dapat
dilakukan pada bahan segar, awetan kering, dan atau awetan basah. Pengawetan
ini bisa untuk mengamati aspek morfologi, anatomi, jaringan, perbandingan, atau
siklus hidupnya.
BAB III
METEDOLOGI
A. Alat dan
Bahan:
-
Jarum pentul
-
Jaring serangga
-
Keliling bottle atau botol pembunuh
-
Kertas Hvs
-
Papan (triplek)
-
Gunting
-
Karton
-
Lem
-
Serbuk gergaji
-
Black
-
Kapur barus
-
Sterofon
-
Amplop serangga
B. Prosuder
Kerja
1.
Untuk mematikan jenis-jenis serangga yang berkulit lunak seperti kupu-kupu, lebah, capung KCN. Sebaiknya tidak langsung dimasukkan
dalam botol lain yang lebih ditaruh dalam botol lain yang lebih kecil misalnya
tabung bekas rol film. Botol film kita isi 1 n sendok makan kristal KCN,
disumbat dengan kapas dan dipasang dengan cara membenamkan pada penutup dengan
mulut yang menghadap ke dalam botol pembunuh.
2.
Cara
membunuhnya dengan jalan menekan atau
memijat kedua sisi dada dengan mempergunakan ibu jari dan telunjuk. Memijatnya
harus hati-hati benar, sebab jika terlalu kuat dapat merusak badan serangga
tersebut. Akan tetapi, kalau memijatnya terlalu lemah, kupu-kupu itu mungkin
hanya pingsan, kemudian setelah beberapa saat kembali lagi.
3.
Serangga yang telah dimatikan
kemudian kita simpan di dalam amplop serangga yang bisa disebut dengan nama
kertas papilot. Sampul ini kita buat dari kertas yang tembus cahaya, yaitu
kertas sampul atau kertas samak, kertas kaca, dan kalau terpaksa kita bisa
menggunakan kertas stensil/HVS.
4.
Membuat etiket bagi serangga
yang telah kita tangkap/matikan. Buatlah etiket dari kertas padalarng ataupun
apa pokoknya yang kuat dan berwrna putih dengan ukuran 7 x 18 mm. dengan etiket
ini catat antara lain :
Nama tempat didapatkannya,
Tinggi tempat,
Tanggal koleksi,
Kolektor ( yang mengoleksi ).
- Serangga yang telah kita
tangkap, kita tusuk dengan jarum serangga ( biasanya berukuran 0-7 ).
Jarum yang kita pakai harus sesuaikan dengan besra kecilnya serangga yang
kita tangkap dengan jarum yang tahan karat. Jarum kita tusukkan pada
pungung serangga sebelah belakang pasangan kaki yang kedua atau kaki
tengah.jarum persis di tengah-tengah badan serangga dapat mengenai dan
merusak pangkal kaki, sehingga apabila serangga kita keringkan akan
berakibat terlepasnya anggota badan tersebut.
- Cara menusuk harus hati-hati
dan harus tegak lurus badan serangga.untuk jenis-jenis serangga bersayap
lurus sepeti belalang, menusuknya pada bagian belakang kepala, sedang pada
sayap perisai seperti kumbang, menusuknya dari dekat pangkal sayap.
- Setelah serangga kita tusuk,
maka serangga tersebut kita tancapkan pada spanblok ( papan perentang /
pentangan ). Tetapi ingat, dalam menancapkan harus kita atur posisi sebaik
mungkin.
- Tindihlah sayap-sayap serangga
tersebut dengan kertas tipis / kertas tik dan kertas dan kertas tersebut
kita tusuk dengan jarum, sehingga sayap serangga ditahan pada posisi yang
kita kehendaki.
- Kemudian aturlah antena atau
sungut seperti keadaan hidup, yaitu mengarah kedepan; sedang pasangan kaki
kita arahkan ke belakang untuk kaki tengah dan belakang. Posisi kaki agar
tetap stabi kita tahan dengan jarum. Tancapkan sekeliling kaki tersebut,
lalu keringkan.
- Untuk cara pengeringan, jangan
langsung dikeringkan lewat sinar matahari, tetapi masukkan kedalam blek,
yang kemudian blek ini kita jemur di bawah terik sinar matahari. Kita juga
bisa mengeringkannya di dalam oven dengan mengatur suhu oven dengan suhu
tertentu. Kita juga bisa menggunakan lampu listrik untuk mengeringkan
materi tersebut.
- Setelah serangga dikeringkan,
letakkan ke dalam pigura.
BAB
IV
HASIL
PEMBAHASAN
Dari hasil Praktek
dengan menggunakan serangga yaitu capung dan dan kecoa.
Hewan akan mati karena menghirup klorofom.
Hewan yang telah mati diambil dan ditancapkan di suatu papan dengan jarum
Sayapnya direntangkan dan diselotip. Serangga juga dapat diawetkan di dalam larutan alkohol. Sayap capung yang di awetkan menjadi keras dan tidak mudah hancur. Begitu juga dengan kecoa. Berbeda dengan sebelum diawetkan menggunakan formalin.
Sayapnya direntangkan dan diselotip. Serangga juga dapat diawetkan di dalam larutan alkohol. Sayap capung yang di awetkan menjadi keras dan tidak mudah hancur. Begitu juga dengan kecoa. Berbeda dengan sebelum diawetkan menggunakan formalin.
Kesimpulan
Dari hasil
Praktek dengan menggunakan serangga yaitu capung dan dan kecoa. Di dapatkan
hasil yang berbeda dari kecoa dan capung. Walapun sama spesiesnya tetapi
berbeda hasil maupun proses pengawetannya.
DAFTAR PUSTAKA
Anonimous.2012.http://suhadinet.wordpress.com/2009/08/07/cara-membuat-taksidermi-awetan-kering-hewan/
[22-07-2012] 11.57
Anonimous.2012.http://mediapendidikanok.blogspot.com/2009/10/mengawetkan-hewan-dan-tumbuhan_27.html
[24-07-2012] 13.56
Anonimous.2012.http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/Pelatihan%20Media%20Bioplastik%20Untuk%20Guru.pdf
[24-07-2012] 11.56
Kurniasih, Surti. 2008. Penuntun Praktikum
Morfologi Tumbuhan. Bogor : Prodi Biologi FKIP Universitas Pakuan Bogor.
Langganan:
Postingan (Atom)